0

Sejarah Hidup Perjuangan Jendral Sudirman

Sabtu, 25 Mei 2013
Share this Article on :


Jendral Sudirman
 Setelah menulis tentang sejarah Pangeran Diponegoro pada postingan sebelumnya, kali ini saya ingin menulis lagi tentang sejarah hidup perjuangan salah seorang pahlawan kita yang juga sangat terkenal dan besar jasanya yaitu Jendral Sudirman.

Jendral Sudirman - PAHLAWAN PEMBELA KEMERDEKAAN
Dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No,025/TK/Tahun 1970, tanggal 20 Mei 1970

Lahir    :
Di Bodas Karangjati Purbalingga, tanggal 24 Januari 1916

Pendidikan :
   1. Sekolah Guru Muhamadiyah Sola, belum tamat
   2. Mengikuti Pendidikan tentara PETA di Bogor



Kegiatan :
  •     Menjadi guru Muhammadyah di Cilacap, sebagai anggota Muhamadiyah dan giat dalam organisasi pramuka
  •     Pada Zaman Jepang, ia banyak mencurahkan perhatian pada masalah sosial. Ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
  •     Sebagai anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota DPR keresidenan Banyumas
  •     Sebagai komandan batalyon di Kroya, yang bersikap tegas dan sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya
  •     Setelah Indonesia merdeka, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas
  •     Sesudah TKR terbentuk, sebagai Panglima Divisi V/Banyumas. Dan memimpin anggota tantara TKR dalam pertempuran melawan Inggris di Ambarawa
  •     Dalam Konfrensi TKR tanggal 12 November 1945, Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR
  •     Waktu Belanda melaksakan Agresi Militer II, ia sedang sakit. Tetapi tetap memimpin anak buahnya kurang lebih 7 bulan lamanya bergrilya di hutan-hutan dan gunung-gunung. Pulang dari medan gerilya karena masih sakit, ia tidak dapat memimpin Angkatan Perang secara Langsung, tetapi buah pikirannnya selalu dibutuhkan Pemerintah, terutama dalam menghadapi Konferensi Meja Bundar

Wafat :
Jendral Sudirman meskipun sakit keras tetap berjuang dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Di Magelang pada tanggal 29 Januari 1950, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta..


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar