0

Kisah Sejarah Kesultanan Demak

Rabu, 15 Mei 2013
Share this Article on :




Peta daerah kekuasaan Kesultanan Demak. Warna biru adalah wilayah original Demak, sedangkan peta yang diarsir adalah kekuasaan taklukkan Demak. Sedangkan warna putih adalah Negara yang tidak dikuasai sama sekali.
 Meriam peninggalan Bangsa Portugis yang di tinggalkan di wilayah Kesultanan Demak. Lihatlah bentuk tangan menggenggam dengan ibu jari yang diselipkan di jari lainnya, yang konon jika suatu pasangan duduk di meriam ini maka kelak akan memiliki kesuburan yang tinggi. Anda Percaya ???


              Kisah Sejarah Kesultanan Demak.
Sekitar tahun 1500 seorang bupati Majapahit bernama Raden Patah, yang berkedudukan di Demak dan memeluk agama Islam, terang-terangan memutuskan segala ikatannya dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi itu. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam pula, seperti Jepara, Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya (Soekmono, 1973: 52). Pernyataan tersebut adalah bukti bahwa Kesultanan Demak masih terdapat hubungan dengan Kerajaan Majapahit. Karena Kesultanan Demak merupakan Kerajaan yang bangkit dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit. Hal tersebut terjadi karena Kesultanan atau Kerajaan Demak mendapat bantuan-bantuan dari daerah-daerah lain yang yang telah Islam.
Raden Patah adalah raja Demak yang pertama. Kraton Demak Bintoro berdiri ditandai dengan sangkalan: genti mati siniraman janama atau tahun 1403 Saka atau 1478 M, setelah mundurnya Sinuwun Prabu Brawijaya V dari dhampar kencana  kraton Majapahit (Purwadi & Maharsi, 2005: 34). Dalam pernyataan tersebut terbukti bahwa Raden Patah adalah pendiri Kesultanan Demak yang pertama dan yang membuat kesultanan Demak menjadi jaya secara drastis.
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina (Cempa). Ketika Raden Patah masih dalam kandungan Ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubernur di Palembang, di tempat itulah Raden Patah lahir. Tempat itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaan Islam pertama-tama di pulau jawa. Sejak akhir abad ke-15 M, mungkin sejak lenyapnya ibu kota kerajaan Majapahit di daerah Trowulan oleh Wangsa Girindrawardhana dari kerajaan Kediri tahun 1474 (Poesponegoro & notosusonto, 2008: 52). Hal tersebut membuktikan bahwa Kerajaan Majapahit dilenyapkan oleh Kerajaan Kediri dan di saat itu juga adalah awal bangkitnya Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Di dalam keruntuhannya Majapahit tidak memiliki pertahanan yang kuat, dapat disimpulkan pada saat tiu maja pahit telah lemah total.
Menurut cerita Raden Patah itu bahkan sampai berhasil merobohkan Majapahit dan kemudian memindahkan semua alat Upacara kerajaan dan pusaka-pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang dari tetap berlangsungnya Kerajaan kesatuan Majapahit itu tetapi dalam bentuk baru di Demak (Soekmono, 1973: 52). Cerita raden patah ini berarti Majapahit telah berada pada titik kehancurannya, sedangkan persenjataan Majapahit dipindahkan ke kesultanan Demak agar nama kerajaan Majapahit tidak hilang, dan persenjataan tersebut dipergunakan untuk memperkuat pertahanan Kesultanan Demak.
Dalam hidupnya Raden Patah memiliki saudara kandung satu ibu tetapi lain Ayah, dia bernama Raden Husain. Raden Husain itu sendiri adalah putera dari Arya Dilah. Sehingga terbukti bahwa Raden Patah dengan Raden Husain memiliki hubungan yang persaudaraan. Lebuh lanjut disebutkan bahwa ketika kedua putera tersebut telah dewasa Mereka pergi ke Majapahit untuk mengabdi pada Raja Majapahit. Dalam perjalanannya itu mereka singgah di Ampeldenta untuk menuntut ilmu dan agama Islam pada Sunan Ampel. Setelah kedua putera tersebut berhasil menamatkan perjalanannya, ternyata raden patah berubah pendiriannya tidak jadi melanjutkan perjalanannya ke Majapahit dengan alasan, bahwasanya bukanlah pada tempatnya bagi seseorang muslim mengabdi pada raja yang berkepercayaan lain. Oleh karena itu Raden Husain berangkat sendirian dan setelah diterima sebagai abdi di Majapahit, ia memperoleh kedudukan sebagai Adipati di Terung. Raden Patah sendiri oleh Sunan Ampel di kawinkan dengan cucunya, yaitu puteri Nyai Ageng Maloka. Selanjutnya atas saran orang suci dari Ampeldenta itu Raden Patah diminta agar berjalan ke barat hingga menemukan suatu daerah yang penuh dengan pohon alang-alang (jawa: glagah) yang berbau harum dan di situlah Raden Patah diminta untuk membuka perkampungan baru yang bernama bintara (Arcadiam, 16).
Dan di tempat itulah Raden Patah membangun Kesultanan Demak Bintoro, tetapi membangun Kesultanan Demak Bintoro tidak semudah membalikkan telapak tangan, tentunya Raden Patah membutukan perjuangan yang sangat berat untuk menguasai Demak. Karena betapapun Majapahit lemah pastinya tidak akan tinggal diam ketika wilayahnya itu diambil.
Demak mempunyai letak geografis di pesisir utara dengan lingkungan alamnya yang subur, dan semua adalah sebuah kampung yang dalam babad lokalnya disebut Gelagahwagi. Tempat inilah konon dijadikan permukiman muslim di bawah pimpinan Raden Patah yang kehadirannya di tempat tersebut atas petunjuk seorang wali bernama Sunan Rahmat atau Ampel (Poesponegoro & notosusonto, 2008: ).
Babad Demak Bintoro erat sekali kaitannya dengan penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Dengan dukungan penuh Wali Sanga, Kraton Demak Bintoro mampu tampil sebagai Kraton Islam yang teguh, kokoh dan berwibawa. Dalam pergaulan antar bangsa, Kraton Demak Bintoro merupakan juru bicara kawasan Asia tenggara yang sangat disegani. Hal ini disebabkan oleh kontribusi Kraton Demak Bintoro dalam bidang ekonomi, pelayaran, perdagangan, kerajinan, pertanian, pendidikan dan keagamaan (Purwadi & Maharsi, 2005: 1). Di saat itu Demak Bintoro sangatlah jaya, karena menguasai beberapa bidang di Asia Tenggara, dengan jayanya Demak Bintoro penyebaran agama Islam juga berkembang pesat dan tersebar ke seluruh Nusantara, cara penyebaran Islam oleh Kesultanan Demak melalui perdagangan yang dilakukan oleh para ulama.
Demak Bintoro memang strategis tempatnya. Letak Demak Bintoro sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dulu tlatah Demak Bintoro terletak di tepi selat di antara pegunungan Murai dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas itu untuk berlayar ke Rembang (Purwadi & Maharsi, 2005: 33). Dengan letak Demak Bintoro yang strategis, hal itu adalah salah satu yang menyebabkan Kesultanan Demak dapat berkembang dengan pesat di awal berdirinya Kesultanan Demak. Dengan perkembangan Kesultanan Demak yang begitu pesat sehingga mendapat julukan sebagai Negara Adi Daya di kawasan Asia Tenggara.
Duta besar Kraton Demak Bintoro di tempatkan di negara-negara Islam. Misalnya saja Negeri Johor, Negeri Pasai, Negeri Gujarat, Negeri Turki, Negeri Parsi, Negeri Arab dan Negeri Mesir. Sesama Negeri Islam itu memang terjadi solidaritas keagamaan. Para pelajar dari Demak Bintoro juga dikirim untuk belajar ke berbagai Negeri sahabat tersebut. Saat itu Kraton Demak Bintoro memang muncul sebagai Kraton maritim Islam yang makmur, lincah, berilmu, kosmopolit dan Agamis (Purwadi & Maharsi, 2005: 1). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Kesultanan Demak banyak menjalin persahabatan dengan negara-negara Islam lainnya. Sehingga kesolidaritasan negara-negara Islam tersebut membuat masa itu adalah masa kejayaan perkembangan Negara Islam. Dan Kesultanan Demak juga mulai berkembang dalam bidang pendidikannya. Terbukti dengan dikirimnya pelajar dari Kesultanan Demak Bintoro untuk belajar ke berbagai Negeri sahabat tersebut. Kesultanan Demak Bintoro juga mempunyai wilayah yang sangat penting untuk perekonomian Demak Bintoro, daerah tersebut bernama Tlatah.
Penghubung antara Demak Bintoro dan tlatah pelosok di Jawa Tengah ialah Sungai Serang yang kini bermuara di laut Jawa antara Demak Bintoro dan Jepara. Sungai itu masih tetap dapat dilayari dengan perahu-perahu dagang yang agak kecil. Anak-anak sungainya bersumber di Pegunungan Kapur Tengah. Di sebelah pegunungan tersebut terletak tlatah-tlatah tua Jawa Tengah, yakni Pengging dan Pajang Hadiningrat. Jalan-jalan yang cukup baik dilalui pedati melalui tlatah batas perairan yang rendah dari lembah Sungai Serang Lusi menuju lembah Bengawan, yakni Bengawan Solo, yang merupakan penghubung antara Jawa Tengah sebelah selatan dan Jawa Timur (Purwadi & Maharsi, 2005: 34).penjelasan di atas menunjukkan bahwa jalur perdagangan di Demak sangat mudah sehingga sangat membantu perekonomian Demak Bintoro, karena tanpa adanya jalur perdagangan yang efisien tersebut, perdagangan Demak Bintoro akan terhambat dan perekonomiannya juga akan menurun.
Hasil panen sawah di tlatah Demak Bintoro rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan peng-airan cukup baik. Lagi pula persediaan padi untuk diri sendiri dan untuk perdagangan masih dapat ditambah oleh para pejabat di Demak Bintoro tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di Pengging dan Pajang Hadiningrat. Tidak mengherankan apabila kawasan ini juga mencapai kemakmuran (Purwadi & Maharsi, 2005: 34). Dapat dilihat bahwa pada saat itu pertanian yang ada pada Kesultanan Demak Bintoro telah maju karena keadaan disana pada saat itu sangat subur, penghasil utama pada wilayah itu adalah Padi. hal tersebut adalah salah satu yang mendukung Demak Bintoro Mencapai kejayaannya.
Demak Bintoro telah menjadi gudang padi dari tlatah pertanian di tepian selat tersebut. Kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi tlatah tersebut pada sekitar tahun 1500. Demak Bintoro menjadi pejabat tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria (Purwadi & Maharsi, 2005: 33). Yang dimaksud selat tersebut adalah selat yang berada diantara Pegunungan Muria dan Jawa. Dan selat tersebut adalah salah satu jalur perdagangan yang ada di air.
Jepara terletak di sebelah barat pegunungan Muria. Jepara mempunyai pelabuhan yang aman, yang semula dilindungi oleh tiga pulau kecil. Letak pelabuhan Jepara sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang lebih besar, yang berlayar lewat pesisir utara Jawa menuju Maluku dapat kembali ke barat. Duk nalikaning jalan pelayaran pintas di sebelah selatan pegunungan ini tidak lagi dapat dilayari dengan perahu besar karena telah menjadi dangkal oleh endapan lumpur, maka Jepara menjadi pelabuhan Demak Bintoro. Kedua Kota itu merupakan dwitunggal yang perkasa (Purwadi & Maharsi, 2005: 33-34). Sudah dijelaskan di atas bahwa Kesultana Demak dan Jepara memiliki hubungan yang erat dan kuat. Di Jepara terdapat pelabuhan yang besar, itu sangat membantu sekali dalam bidang perdagangan dan pelayaran Demak Bintoro.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar