Peta daerah kekuasaan Kesultanan Demak. Warna biru adalah wilayah
original Demak, sedangkan peta yang diarsir adalah kekuasaan taklukkan
Demak. Sedangkan warna putih adalah Negara yang tidak dikuasai sama
sekali.
Meriam
peninggalan Bangsa Portugis yang di tinggalkan di wilayah Kesultanan
Demak. Lihatlah bentuk tangan menggenggam dengan ibu jari yang
diselipkan di jari lainnya, yang konon jika suatu pasangan duduk di
meriam ini maka kelak akan memiliki kesuburan yang tinggi. Anda Percaya
???
Kisah Sejarah Kesultanan
Demak.
Sekitar tahun 1500 seorang bupati Majapahit bernama
Raden Patah, yang berkedudukan di Demak dan memeluk agama Islam,
terang-terangan memutuskan segala ikatannya dari Majapahit yang sudah tidak
berdaya lagi itu. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah
Islam pula, seperti Jepara, Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam
dengan Demak sebagai pusatnya (Soekmono, 1973: 52). Pernyataan tersebut adalah
bukti bahwa Kesultanan Demak masih terdapat hubungan dengan Kerajaan Majapahit.
Karena Kesultanan Demak merupakan Kerajaan yang bangkit dengan runtuhnya
Kerajaan Majapahit. Hal tersebut terjadi karena Kesultanan atau Kerajaan Demak
mendapat bantuan-bantuan dari daerah-daerah lain yang yang telah Islam.
Raden Patah adalah raja Demak yang pertama. Kraton
Demak Bintoro berdiri ditandai dengan sangkalan: genti mati siniraman janama atau tahun 1403 Saka atau 1478 M,
setelah mundurnya Sinuwun Prabu Brawijaya V dari dhampar kencana kraton
Majapahit (Purwadi & Maharsi, 2005: 34). Dalam pernyataan tersebut terbukti
bahwa Raden Patah adalah pendiri Kesultanan Demak yang pertama dan yang membuat
kesultanan Demak menjadi jaya secara drastis.
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya
putri Cina (Cempa). Ketika Raden Patah masih dalam kandungan Ibunya oleh
Brawijaya dititipkan kepada gubernur di Palembang, di tempat itulah Raden Patah
lahir. Tempat itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaan Islam
pertama-tama di pulau jawa. Sejak akhir abad ke-15 M, mungkin sejak lenyapnya
ibu kota kerajaan Majapahit di daerah Trowulan oleh Wangsa Girindrawardhana
dari kerajaan Kediri tahun 1474 (Poesponegoro & notosusonto, 2008: 52). Hal
tersebut membuktikan bahwa Kerajaan Majapahit dilenyapkan oleh Kerajaan Kediri
dan di saat itu juga adalah awal bangkitnya Kesultanan Demak di bawah pimpinan
Raden Patah. Di dalam keruntuhannya Majapahit tidak memiliki pertahanan yang
kuat, dapat disimpulkan pada saat tiu maja pahit telah lemah total.
Menurut cerita Raden Patah itu bahkan sampai berhasil
merobohkan Majapahit dan kemudian memindahkan semua alat Upacara kerajaan dan
pusaka-pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang dari tetap berlangsungnya
Kerajaan kesatuan Majapahit itu tetapi dalam bentuk baru di Demak (Soekmono,
1973: 52). Cerita raden patah ini berarti Majapahit telah berada pada titik
kehancurannya, sedangkan persenjataan Majapahit dipindahkan ke kesultanan Demak
agar nama kerajaan Majapahit tidak hilang, dan persenjataan tersebut
dipergunakan untuk memperkuat pertahanan Kesultanan Demak.
Dalam hidupnya Raden Patah memiliki saudara kandung
satu ibu tetapi lain Ayah, dia bernama Raden Husain. Raden Husain itu sendiri
adalah putera dari Arya Dilah. Sehingga terbukti bahwa Raden Patah dengan Raden
Husain memiliki hubungan yang persaudaraan. Lebuh lanjut disebutkan bahwa
ketika kedua putera tersebut telah dewasa Mereka pergi ke Majapahit untuk
mengabdi pada Raja Majapahit. Dalam perjalanannya itu mereka singgah di
Ampeldenta untuk menuntut ilmu dan agama Islam pada Sunan Ampel. Setelah kedua
putera tersebut berhasil menamatkan perjalanannya, ternyata raden patah berubah
pendiriannya tidak jadi melanjutkan perjalanannya ke Majapahit dengan alasan,
bahwasanya bukanlah pada tempatnya bagi seseorang muslim mengabdi pada raja
yang berkepercayaan lain. Oleh karena itu Raden Husain berangkat sendirian dan
setelah diterima sebagai abdi di Majapahit, ia memperoleh kedudukan sebagai
Adipati di Terung. Raden Patah sendiri oleh Sunan Ampel di kawinkan dengan
cucunya, yaitu puteri Nyai Ageng Maloka. Selanjutnya atas saran orang suci dari
Ampeldenta itu Raden Patah diminta agar berjalan ke barat hingga menemukan
suatu daerah yang penuh dengan pohon alang-alang (jawa: glagah) yang berbau harum dan di situlah Raden Patah diminta
untuk membuka perkampungan baru yang bernama bintara (Arcadiam, 16).
Dan di tempat itulah Raden Patah membangun Kesultanan
Demak Bintoro, tetapi membangun Kesultanan Demak Bintoro tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tentunya Raden Patah membutukan perjuangan yang
sangat berat untuk menguasai Demak. Karena betapapun Majapahit lemah pastinya
tidak akan tinggal diam ketika wilayahnya itu diambil.
Demak mempunyai letak geografis di pesisir utara
dengan lingkungan alamnya yang subur, dan semua adalah sebuah kampung yang dalam
babad lokalnya disebut Gelagahwagi. Tempat
inilah konon dijadikan permukiman muslim di bawah pimpinan Raden Patah yang
kehadirannya di tempat tersebut atas petunjuk seorang wali bernama Sunan Rahmat
atau Ampel (Poesponegoro & notosusonto, 2008: ).
Babad Demak Bintoro erat sekali kaitannya dengan
penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Dengan dukungan penuh Wali Sanga, Kraton
Demak Bintoro mampu tampil sebagai Kraton Islam yang teguh, kokoh dan
berwibawa. Dalam pergaulan antar bangsa, Kraton Demak Bintoro merupakan juru
bicara kawasan Asia tenggara yang sangat disegani. Hal ini disebabkan oleh
kontribusi Kraton Demak Bintoro dalam bidang ekonomi, pelayaran, perdagangan,
kerajinan, pertanian, pendidikan dan keagamaan (Purwadi & Maharsi, 2005: 1).
Di saat itu Demak Bintoro sangatlah jaya, karena menguasai beberapa bidang di
Asia Tenggara, dengan jayanya Demak Bintoro penyebaran agama Islam juga
berkembang pesat dan tersebar ke seluruh Nusantara, cara penyebaran Islam oleh
Kesultanan Demak melalui perdagangan yang dilakukan oleh para ulama.
Demak Bintoro memang strategis tempatnya. Letak Demak
Bintoro sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada
zaman dulu tlatah Demak Bintoro terletak di tepi selat di antara pegunungan
Murai dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari
dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas
itu untuk berlayar ke Rembang (Purwadi & Maharsi, 2005: 33). Dengan letak
Demak Bintoro yang strategis, hal itu adalah salah satu yang menyebabkan
Kesultanan Demak dapat berkembang dengan pesat di awal berdirinya Kesultanan
Demak. Dengan perkembangan Kesultanan Demak yang begitu pesat sehingga mendapat
julukan sebagai Negara Adi Daya di kawasan Asia Tenggara.
Duta besar Kraton Demak Bintoro di tempatkan di
negara-negara Islam. Misalnya saja Negeri Johor, Negeri Pasai, Negeri Gujarat,
Negeri Turki, Negeri Parsi, Negeri Arab dan Negeri Mesir. Sesama Negeri Islam
itu memang terjadi solidaritas keagamaan. Para pelajar dari Demak Bintoro juga
dikirim untuk belajar ke berbagai Negeri sahabat tersebut. Saat itu Kraton
Demak Bintoro memang muncul sebagai Kraton maritim Islam yang makmur, lincah,
berilmu, kosmopolit dan Agamis (Purwadi & Maharsi, 2005: 1). Dari hal tersebut
dapat dilihat bahwa Kesultanan Demak banyak menjalin persahabatan dengan
negara-negara Islam lainnya. Sehingga kesolidaritasan negara-negara Islam
tersebut membuat masa itu adalah masa kejayaan perkembangan Negara Islam. Dan
Kesultanan Demak juga mulai berkembang dalam bidang pendidikannya. Terbukti
dengan dikirimnya pelajar dari Kesultanan Demak Bintoro untuk belajar ke
berbagai Negeri sahabat tersebut. Kesultanan Demak Bintoro juga mempunyai
wilayah yang sangat penting untuk perekonomian Demak Bintoro, daerah tersebut
bernama Tlatah.
Penghubung antara Demak Bintoro dan tlatah pelosok di
Jawa Tengah ialah Sungai Serang yang kini bermuara di laut Jawa antara Demak
Bintoro dan Jepara. Sungai itu masih tetap dapat dilayari dengan perahu-perahu
dagang yang agak kecil. Anak-anak sungainya bersumber di Pegunungan Kapur
Tengah. Di sebelah pegunungan tersebut terletak tlatah-tlatah tua Jawa Tengah,
yakni Pengging dan Pajang Hadiningrat. Jalan-jalan yang cukup baik dilalui
pedati melalui tlatah batas perairan yang rendah dari lembah Sungai Serang Lusi
menuju lembah Bengawan, yakni Bengawan Solo, yang merupakan penghubung antara
Jawa Tengah sebelah selatan dan Jawa Timur (Purwadi & Maharsi, 2005:
34).penjelasan di atas menunjukkan bahwa jalur perdagangan di Demak sangat
mudah sehingga sangat membantu perekonomian Demak Bintoro, karena tanpa adanya
jalur perdagangan yang efisien tersebut, perdagangan Demak Bintoro akan
terhambat dan perekonomiannya juga akan menurun.
Hasil panen sawah di tlatah Demak Bintoro rupanya pada
zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan peng-airan cukup
baik. Lagi pula persediaan padi untuk diri sendiri dan untuk perdagangan masih
dapat ditambah oleh para pejabat di Demak Bintoro tanpa banyak susah, apabila
mereka menguasai jalan penghubung di Pengging dan Pajang Hadiningrat. Tidak
mengherankan apabila kawasan ini juga mencapai kemakmuran (Purwadi &
Maharsi, 2005: 34). Dapat dilihat bahwa pada saat itu pertanian yang ada pada
Kesultanan Demak Bintoro telah maju karena keadaan disana pada saat itu sangat
subur, penghasil utama pada wilayah itu adalah Padi. hal tersebut adalah salah
satu yang mendukung Demak Bintoro Mencapai kejayaannya.
Demak Bintoro telah menjadi gudang padi dari tlatah
pertanian di tepian selat tersebut. Kota Juwana merupakan pusat seperti itu
bagi tlatah tersebut pada sekitar tahun 1500. Demak Bintoro menjadi pejabat
tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria (Purwadi & Maharsi, 2005: 33).
Yang dimaksud selat tersebut adalah selat yang berada diantara Pegunungan Muria
dan Jawa. Dan selat tersebut adalah salah satu jalur perdagangan yang ada di
air.
Jepara terletak di sebelah barat pegunungan Muria.
Jepara mempunyai pelabuhan yang aman, yang semula dilindungi oleh tiga pulau
kecil. Letak pelabuhan Jepara sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang
lebih besar, yang berlayar lewat pesisir utara Jawa menuju Maluku dapat kembali
ke barat. Duk nalikaning jalan
pelayaran pintas di sebelah selatan pegunungan ini tidak lagi dapat dilayari
dengan perahu besar karena telah menjadi dangkal oleh endapan lumpur, maka
Jepara menjadi pelabuhan Demak Bintoro. Kedua Kota itu merupakan dwitunggal
yang perkasa (Purwadi & Maharsi, 2005: 33-34). Sudah dijelaskan di atas
bahwa Kesultana Demak dan Jepara memiliki hubungan yang erat dan kuat. Di
Jepara terdapat pelabuhan yang besar, itu sangat membantu sekali dalam bidang
perdagangan dan pelayaran Demak Bintoro.
0 komentar:
Posting Komentar